Pada hari Rabu, 23 Februari 2011 yang lalu saya menyaksikan pemutaran film dokumenter di kelas Rekayasa Lingkungan. Ada beberapa film yang diputar tetapi semuanya memiliki satu tema, yaitu tentang “Air”. Jika diambil lebih spesifik, maka subtema yang saya dapat adalah ‘Konservasi Air’, ‘Air Limbah’, ‘Drainase’. Di sini, yang akan saya angkat adalah seputar Penggunaan Air Bersih, yang juga termasuk dalam subtema Konservasi Air.
Penggunaan air (air bersih khususnya) di dunia ini sungguh sangat berbeda-beda. Faktor utama yang mempengaruhi perbedaan tersebut tentu saja adalah ketersediaan sumber air di masing-masing lingkungan. Namibia, salah satu negara di Benua Afrika, memiliki sumber air yang sangat-sangat terbatas. Parameter paling mudah dilihat adalah wilayahnya yang bergurun pasir, dan vegetasi tanaman yang bervariasi dari tanaman gurun dan semigurun. Curah hujan rata-rata dalam setahun hanya 270 mm, dan sumber air tanah juga sedikit. Akibatnya, penduduk Namibia harus dapat menggunakan air bersih secara super efisien. Bahkan di video ditunjukkan bahwa dalam satu keluarga, 1 baskom air bersih digunakan untuk mandi satu keluarga. Jangan bayangkan mandi dengan menggunakan gayung lalu menyiramkan air ke badan. Mereka mandi menggunakan washlap yang diseka ke seluruh badan, menyabuni diri, lalu membilas juga dengan cara yang sama. Bisa dibayangkan bagaimana tingkat higienitas di sana.
Karena sumber air begitu sulit (tidak mungkin) untuk ditambah, maka di beberapa kota-kota besar di Namibia dibangunlah pusat pengolahan air limbah menjadi air layak minum. Sumber air limbah didapat dari air pembuangan rumah tangga (misal sisa cucian, toilet, dll.) kemudian melalui saluran pembuangan dibawa hingga ke pusat pengolahan air tadi. Di sana, setelah mengalami beberapa proses fisis dan kimiawi, air hasil pengolahan limbah tadi dapat digunakan kembali dan lalu didistribusikan kembali ke rumah-rumah penduduk. Begitu seterusnya hingga menjadi sebuah siklus air.
Lain di Namibia, lain pula di Phoenix, Arizona. Ibu kota negara bagian yang berada di barat daya Amerika Serikat ini memiliki sumber air yang sangat-sangat melimpah. Sumber air tersebut didapat dari Sungai Colorado yang melintas dan bercabang-cabang di Arizona. Sungai yang berhulu di Rocky Mountains ini seolah memberikan cadangan air yang tidak ada habisnya bagi Phoenix. Hal ini berpengaruh pada pola pemakaian air penduduk di sana. Rata-rata satu keluarga di Phoenix membuang / menghabiskan 3000 liter air setiap harinya. Air ini hasil dari pembuangan sehari-hari, misal menyiram tanaman, cucian, toilet, mencuci mobil, dll. Jika ditotal, maka lebih dari 1 juta liter air yang dibuang / digunakan oleh rata-rata keluarga di Phoenix. Yang lebih mencengangkan, bila dibandingkan dengan Namibia, penggunaan air untuk toilet di Phoenix masih lebih besar daripada penggunaan air secara keseluruhan di Nambia!
Meskipun memiliki sumber air yang begitu melimpah ternyata dewasa ini diketahui bahwa debit air Sungai Colorado mulai berkurang. Hal ini bisa jadi disebabkan penggunaan air oleh penduduk yang mulai meningkat. Karena air Sungai Colorado dialirkan ke mana-mana, tidak heran debitnya menyusut bila penggunaan mayoritas penduduk juga meningkat. Selain itu masih ada faktor-faktor lain yang menyebabkan debit air turun. Bila dibiarkan, lama-lama air Sungai Colorado bisa semakin menyusut dan menyebabkan beberapa tempat tidak lagi teraliri air. Untuk mencegah hal tersebut, mulai dilaksanakan program konservasi air di sana. Hal yang ditonjolkan dalam konservasi ini adalah pemanfaatkan teknologi dalam efisiensi penggunaan air. Alat-alat yang berhubungan dengan distribusi air dirancang untuk mengalirkan air seefisien mungkin. Misal untuk shower, dengan teknologi sedemikian rupa, dirancang shower yang benar-benar efisien dalam mengalirkan air sehingga saat mandi air tidak terbuang percuma. Hal yang sama juga berlaku pada kran penyiram tanaman, dan masih banyak yang lain. Konservasi air ini juga digalakkan pemerintah setempat kepada para penduduk. Diharapkan debit air dapat terjaga dan dapat tersalurkan ke tempat-tempat yang membutuhkan air.
Dari kedua tempat di atas saya dapat mengambil kesimpulan bahwa di mana pun tempatnya dan bagaimana pun kondisi sumber air (apakah debit air melimpah atau tidak), konservasi air mutlak diperlukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan kebutuhan utama manusia. Bahkan 2/3 tubuh manusia terdiri dari cairan. Dari data juga diketahui jumlah air tawar di dunia semakin tahun semakin berkurang padahal jumlah penduduk dunia semakin bertambah. Jadi harus kita koreksi bersama apakah Air masih merupakan sumber daya alam yang terbarukan atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar